bioJANNA

'CARA BARU UNTUK SEHAT' YANG MENYENANGKAN

Senin, 21 Desember 2009

KISAH TELADAN : ‘AMMAR BIN YASIR

'AMMAR BIN YASIR

Ammar bin Yasir adalah anak dari Yasir bin Amir yang berasal dari negeri Yaman dan kemudian bermukim di Mekah . Yasir datang ke Mekah dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah ibnul Mughirah. Kemudian Yasir dikawinkan dengan sahaya Abu Hudzaifah bernama Sumayyah, dan dari pernikahan ini mereka dikaruniai putera bernama Ammar.

Keislaman keluarga Yasir ini mendapatkan penyiksaan yang amat berat dari orang – orang Quraisy. Setiap hari, Yasir, Sumayah dan 'Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa. Namun mereka menunjukkan sikaf dan pendirian yang tangguh dari awal hingga akhir yang membuktikan kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang tak pernah luntur.

Rasulullah tiap hari berkunjung ke tempat disiksanya kelurga Yasir, mengagumi ketabahan dan kepahlawanannya. Sementara hatinya yang mulia bagaikan hancur karena santun dan belas kasihan menyaksikan mereka menerima siksaan yang tak terderitakan lagi. Pada suatu hari Ammar memanggil Rasulullah saw. Dan berkata : "Wahai Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke pucak" Maka Rasulullah saw. Berseru "Shabarlah wahai Abal Yaqdhan……..Shabarlah wahai keluarga Yasir……Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah surga……!".

Suatu hari Ammar di siksa sampai ia tidak menyadari apa yang di ucapkannya. Ketika sedang tak sadarkan diri orang – orang kafir Quraisy itu mengatakan kepadanya : "Pujalah olehmu tuhan – tuhan kami !", lalu diajarkannya kepadanya kata – kata pujian itu, sementara ia mengikutinya tanpa ia menyadari apa yang di ucapkannya, ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, tiba – tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya, ketika Rasulullah berkunjung ia adukan tentang apa yang telah dialaminya dan menanyakan tentang bagaimana keislamannya, maka Rasulullah membacakan kepadanya QS : 16 ; 106, yang artinya : "kecuali orang yang di paksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan…" . Ayat ini memberikan ketenangan kepada Ammar karena ia di jamin oleh Al-Qur'an tidak termasuk kedalam golongan yang keluar dari islam.

Setelah hijrahnya Rasulullah saw. Ke Madinah dan kaum muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana, secepatnya masyarakat islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya. Maka di tengah – tengah masyarakat islam yang beriman ini Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi. Rasulullah amat sayang kepadanya. Bersabda Rasulullah saw. "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ketulang punggungnya…" Dan sewaktu terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan Ammar, Rasulullah saw. Bersabda : "Siapa yang memusuhi Ammar maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci Ammar maka ia akan di benci Allah…" Maka Khalid bin Walid pun segera meminta maaf kepada Ammar.

Berkat nikmat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada Ammar ganjaran setimpal dan menilai takaran kebaikannya secara penuh. Rasulullah saw. Pernah bersabda : "Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar, dan ambilah pula hidayah yang dipakai Ammar untuk jadi bimbingan !"

Ketika di masa Amirul Mu'minin Umar, Ammar diangkat menjadi wali negeri ( amir ) Kufah dengan bendaharanya Ibnu Mas'ud. Dalam melaksanakan pemerintahan, Ammar melakukan suatu sistem yang rupanya tidak dapat diikuti oleh orang – orang yang rakus akan dunia, hingga hampir mereka mengadakan persekongkolan terhadap dirinya. Pangkat dan jabatan tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya.

Ketika Hudzaifah ibnul Yaman seorang yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan ghaib sedang sakaratul maut,kaum kaumnya bertanya kepadanya "Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu jika terjadi pertikaian diantara ummat ?" Maka Hudzaifah menjawab : "ikutilah oleh kalian Ammar karena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran.."

Bahkan Rasulullah pernah meramalkan Ammar akan terbunuh oleh pendurhaka. Dan ramalan Rasulullah saw. Terbukti, Ammar terbunuh ketika terjadi konflik antara khalifah Ali dengan Muawwiyah, sedangkan Ammar berfihak kepada khalifah Ali, dan orang – orang munafik berhasil membunuh Ammar. Ammar dipangku oleh khalifah Ali ke tempat ia menshalatkannya bersama kaum muslimin, lalu ia dimakamkan dengan pakaiannya yang dilumuri oleh darah yang bersih dan suci.

Telah lama surga merindukannya, sedangkan kerinduannya tertangguh,menunggu Ammar menyelesaikan kewajiban dan memenuhi tanggung jawabnya dengan hati gembira. Dan ketika tanah pusaranya diratakan oleh para sahabat diatas jasadnya, maka ruhnya yang mulia telah bersemayam di tempat bahagia yang kekal abadi yang telah lama rindu menantinya……….

Wallohu 'alam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar